LENSA PARLEMEN – SURABAYA
Menyikapi adanya berita di media terkait insiden keracunan yang menimpa puluhan siswa di Sukoharjo, Jawa Tengah, diduga setelah mengonsumsi ayam yang dikelola dengan tidak benar dalam program Makanan Bergizi Gratis (MBG), dr. Zuhrotul Mar’ah, anggota Komisi D DPRD Surabaya yang membidangi kesehatan, angkat bicara mengenai pentingnya pengawasan yang ketat dalam penyiapan dan distribusi makanan di sekolah.
dr. Zuhrotul Mar’ah yang biasa disapa dr. Zuhro menyatakan bahwa kejadian seperti ini harus menjadi pelajaran bagi pemerintah kota dan sekolah-sekolah di Surabaya agar lebih berhati-hati dalam mengelola program MBG.
“Pengolahan makanan yang tidak sesuai standar bisa berisiko menimbulkan keracunan. Oleh karena itu, pengawasan terhadap proses pengolahan, distribusi, hingga konsumsi makanan harus diperketat,” kata dr. Zuhro, Sabtu, 18/1/2025.

Menurut dr. Zuhro, pengawasan ini mencakup pelatihan untuk tenaga pengelola makanan di sekolah, serta penerapan standar operasional prosedur (SOP) yang jelas dan ketat terkait dengan keamanan pangan.
“Penting untuk memastikan bahwa makanan yang diberikan kepada anak-anak tidak hanya bergizi, tetapi juga aman untuk dikonsumsi,” ungkapnya.
Selain itu, dr. Zuhrotul Mar’ah Legislator Partai Amanat Nasional (PAN) ini juga meminta Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan Surabaya untuk memastikan adanya koordinasi yang baik antara pihak sekolah, pengelola makanan, dan petugas medis.
“Jika ada kejadian yang mencurigakan atau tidak diinginkan, sekolah harus segera melapor kepada Puskesmas atau Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) untuk penanganan lebih lanjut,” tuturnya.
Kejadian yang terjadi di Sukoharjo, di mana sekitar 40 siswa mengalami keracunan setelah mengonsumsi ayam yang tidak dimasak dengan baik, menunjukkan pentingnya pengelolaan yang tepat dalam program makanan bergizi.
“Keracunan seperti ini bisa dicegah dengan pemantauan yang lebih ketat terhadap kualitas dan kehigienisan makanan,” tegas dr. Zuhro.
Ia juga menambahkan bahwa selain pengawasan teknis, perlu adanya edukasi kepada siswa mengenai pentingnya pola makan sehat dan bagaimana mengidentifikasi makanan yang mungkin sudah tidak layak
konsumsi.
Dengan adanya langkah-langkah antisipatif ini, diharapkan kejadian serupa tidak terulang di Surabaya dan program MBG dapat berjalan dengan lancar dan aman bagi semua siswa.
“Keamanan pangan harus menjadi prioritas utama dalam setiap kebijakan yang melibatkan kesehatan anak-anak,” pungkasnya. (B4M)