LENSA PARLEMEN – SURABAYA
Komisi A DPRD Kota Surabaya menggelar rapat pembahasan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) tahun 2026 bersama Pemerintah Kota Surabaya. Salah satu fokus utama adalah program Intervensi Generasi Z senilai Rp47 miliar yang ditujukan untuk mencetak generasi muda mandiri dan berjiwa wirausaha.
Program ini dirancang sebagai upaya mendorong kemandirian dan jiwa kewirausahaan di kalangan generasi muda, sekaligus menjadi bagian dari strategi pemerintah kota untuk menekan angka kemiskinan dan pengangguran di Kota Pahlawan.
Ketua Komisi A DPRD Kota Surabaya dari Fraksi Gerindra, Yona Bagus Widyatmoko, SH, SM, MH, menyampaikan hal tersebut usai rapat pembahasan RKA tahun 2026 yang melibatkan 31 kecamatan dan 153 kelurahan di Surabaya.
“Tujuan dari program intervensi generasi ini adalah untuk mengurangi angka kemiskinan, menekan pengangguran, serta mendorong anak-anak muda agar memiliki kemandirian,” ujar Yona Bagus Widyatmoko, yang biasa disapa Cak Ye-Be, Rabu (23/10/2025).
Dalam program ini, pemerintah kota menyiapkan anggaran sebesar Rp47 miliar yang akan didistribusikan melalui kecamatan. Setiap RW di Surabaya nantinya akan menerima alokasi Rp35 juta per tahun anggaran.
Ye-Be menegaskan bahwa pelaksanaan program ini harus dilakukan secara hati-hati. Ia meminta para camat dan lurah tidak tergesa-gesa menyetujui proposal kegiatan tanpa kajian yang matang.
“Kami tekankan agar camat dan lurah tidak gegabah dalam meng-approve proposal dari adik-adik kita. Setiap program harus memiliki keberlanjutan (sustainable), bukan hanya kegiatan instan yang selesai begitu saja,” tegasnya.
Program intervensi generasi Z diharapkan dapat memunculkan kegiatan produktif yang memiliki umur panjang dan berdampak nyata bagi masyarakat.
Contohnya, menurut Yona, seperti urban farming, budidaya ikan lele di galon, peternakan ayam petelur rumahan, hingga pelatihan usaha digital dan kuliner berbasis kelompok.
“Kami ingin kegiatan yang mendorong anak-anak muda belajar proses, bukan instan. Misalnya budidaya lele, mereka belajar memahami siklus hidup, perawatan, hingga pemasaran hasilnya. Dari situ muncul kemandirian,” jelasnya.
Urban farming di wilayah Rungkut disebut sebagai salah satu contoh sukses. Program tersebut mampu menyuplai hasil panennya ke outlet modern dan supermarket di Surabaya, menciptakan perputaran ekonomi baru di tingkat lokal.
Ye-Be juga menyarankan agar dana Rp35 juta per RW dapat dikombinasikan antarwilayah jika diperlukan. Hal ini agar kegiatan dengan nilai keberlanjutan tinggi tetap bisa terlaksana meskipun anggaran terbatas.
“Kalau anggarannya kurang, bisa dikolektifkan antar-RW. Misalnya membangun lapangan futsal, padel, atau program pemberdayaan bersama yang berdampak luas,” ujarnya.
Dalam rapat tersebut, Ye-Be mengingatkan agar dana program tidak digunakan untuk kegiatan yang bersifat seremonial atau insidental seperti pembelian sound system atau alat rapat.
“Kalau pengajuan hanya untuk alat rapat, ya skip saja. Program ini harus diarahkan untuk kegiatan produktif anak-anak muda yang punya nilai ekonomi,” tegasnya.
Ia juga mencontohkan perlunya uji coba sebelum program disetujui, seperti trial and error dalam budidaya ikan lele. Dengan begitu, setiap kegiatan memiliki dasar kajian yang kuat dan risiko kegagalan bisa ditekan.
Lebih jauh, Ye-Be berharap program ini dapat menumbuhkan mental wirausaha dan karakter mandiri di kalangan generasi muda Surabaya.
“Jangan biasakan anak-anak kita bergantung pada bantuan. Dorong mereka untuk memahami proses, bukan hasil instan. Dari sinilah akan lahir entrepreneur-entrepreneur muda Surabaya di masa depan,” katanya.
Karena program ini masih baru, DPRD Surabaya akan melakukan monitoring dan evaluasi (monev) secara berkala untuk mengukur tingkat keberhasilan dan efektivitasnya.
“Program ini masih baru, jadi perlu tolok ukur yang jelas. Seberapa banyak lapangan kerja baru yang tercipta, seberapa besar dampaknya terhadap kemandirian anak muda, itu semua harus dievaluasi,” tuturnya.
Ye-Be menegaskan bahwa program intervensi generasi Z bukanlah program politik, melainkan program pembangunan karakter dan ekonomi jangka panjang bagi generasi penerus Surabaya.
“Kami tegaskan, ini bukan program politik. Ini investasi sosial jangka panjang untuk mencetak generasi muda yang tangguh, mandiri, dan berjiwa wirausaha,” pungkasnya.
B4M/Lensa Parlemen








