LENSA PARLEMEN – SURABAYA
Anggota Komisi D DPRD Kota Surabaya, dr.Zurohtul Mar’ah, melakukan kunjungan ke SMP Muhammadiyah 11 Jl. Dupak Bangunsari No.50 -54, Kec. Krembangan, Surabaya, Selasa (15/7), dalam rangka memantau pelaksanaan kegiatan Fortasi (Forum Ta’aruf dan Orientasi Siswa). Kegiatan ini merupakan adaptasi dari Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) yang diterapkan di sekolah-sekolah Muhammadiyah dengan pendekatan keislaman dan penguatan karakter siswa.
Dalam kunjungan tersebut, dr. Zurohtul menyampaikan bahwa Fortasi merupakan momen strategis bagi peserta didik baru untuk mengenal lebih dalam lingkungan belajar, nilai-nilai sekolah, serta visi-misi lembaga pendidikan.
“Dalam acara Fortasi ini, kita berharap anak-anak bisa mengenal sekolah secara menyeluruh—dari visi dan misi, hingga mendapatkan motivasi untuk sukses dalam studi dan membangun karakter yang baik,” ujarnya.
Salah satu hal yang menjadi perhatian dr. Zurohtul adalah penerapan sistem peminatan sejak jenjang SMP yang telah dilakukan oleh SMP Muhammadiyah 11. Ia menilai pendekatan ini efektif dalam membekali siswa dengan orientasi karier secara dini, meskipun sekolah ini bukan berbasis kejuruan.
“Peminatan ini penting sebagai bekal hidup mereka ke depan. Anak-anak dikenalkan sejak awal agar bisa memahami minat dan potensinya sendiri,” tambahnya.
Tak hanya itu, ia juga menyoroti pentingnya penguatan literasi dalam berbagai dimensi, tidak terbatas pada membaca dan menulis.
“Literasi itu bukan cuma soal membaca. Ada literasi digital, finansial, bahkan sosial. Semua itu harus mulai dikenalkan sejak dini agar siswa lebih siap menghadapi masa depan,” tegas dr. Zurohtul Mar’ah Legislator Partai Amanat Nasional (PAN) ini.
Dalam kesempatan yang sama, dr. Zurohtul mengapresiasi inovasi digital yang dikembangkan sekolah, yakni sistem informasi kehadiran siswa berbasis daring. Sistem ini memungkinkan orang tua memantau kehadiran anak secara real-time melalui notifikasi di ponsel.
“Jika siswa tidak hadir padahal sudah diantar ke sekolah, orang tua bisa langsung mendapat notifikasi. Ini memperkuat sinergi antara sekolah dan orang tua dalam mengawasi anak-anak,” tuturnya.
Ia juga berharap kolaborasi antara lembaga pendidikan dan DPRD terus diperkuat, terutama dalam hal peningkatan mutu pendidikan yang berakar pada karakter, literasi, dan penguasaan teknologi.
Sementara itu, Saikul Qohar, Koordinator Fortasi sekaligus Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan, kegiatan Fortasi tahun ini dirancang untuk tidak hanya mengenalkan lingkungan sekolah, tetapi juga membentuk karakter Islami siswa.
“Fortasi kami desain sebagai media pembentukan karakter dan penguatan nilai-nilai ke-Muhammadiyahan. Hari pertama diisi dengan penyampaian visi-misi, pengenalan lingkungan dan seluruh stakeholder sekolah,” ujarnya.
Hari kedua dilanjutkan dengan senam “Anak Indonesia Hebat”, materi Al-Islam, serta pengenalan organisasi IPM (Ikatan Pelajar Muhammadiyah). Di hari ketiga, siswa diperkenalkan dengan 11 Kebiasaan Positif khas siswa “Muven” (sebutan SMP Muhammadiyah 11), serta berbagai kegiatan ekstrakurikuler dalam program School of Skills.
“Kami juga kenalkan lima kelas peminatan unggulan: otomotif, tata boga, tata rias, desain komunikasi visual (DKV), dan kelistrikan,” tambah Saikul.
Hari keempat difokuskan pada pembekalan pergaulan Islami dan pemanfaatan internet secara positif. Sedangkan hari kelima ditutup dengan penyuluhan NAPZA (narkotika, psikotropika, dan zat adiktif) bersama BNNK, serta penampilan bakat dan minat siswa. Kegiatan ditutup dengan salat Jumat berjamaah sebagai refleksi spiritual siswa.
Selain itu, Kepala SMP Muhammadiyah 11 Surabaya, Lanang Santoso, menyampaikan bahwa pihaknya tengah mempersiapkan penerapan sistem digitalisasi sekolah secara penuh pada tahun ajaran mendatang.
“Mulai tahun depan, semua laporan—kehadiran, hingga nilai belajar—akan terintegrasi dalam sistem digital yang bisa diakses orang tua secara real-time,” ungkapnya.
Menurut Lanang, sistem ini saat ini telah selesai hingga 50 persen dan akan terus dikembangkan sebagai bagian dari upaya modernisasi layanan pendidikan.
Sekolah juga berkomitmen terhadap pendidikan inklusif melalui program Mitra Warga, yakni jalur penerimaan siswa dari keluarga kurang mampu. Tahun ini, dari 28 siswa yang diajukan, 20 telah diterima dan difasilitasi kebutuhan pendidikan seperti seragam dan perlengkapan belajar.
“Kami pastikan seluruh bantuan dari program mitra langsung disalurkan kepada siswa. Tidak kami tahan. Prinsip kami jelas: semua anak berhak mendapat pendidikan yang baik,” tegas Lanang.
Dengan pendekatan pendidikan berbasis karakter, pemijatan, serta inovasi digital, SMP Muhammadiyah 11 Surabaya optimistis mampu mencetak generasi muda yang berakhlak, cakap teknologi, dan memiliki kesiapan menghadapi tantangan masa depan.
(B4M/Lensa Parlemen)