LENSA PARLEMEN – SURABAYA
RSUD dr. Mohamad Soewandhie Surabaya menetapkan dua prioritas utama untuk pengembangan layanan pada tahun 2026, yakni peningkatan kualitas layanan bedah saraf serta perbaikan sistem dan fasilitas Instalasi Gawat Darurat (IGD). Hal ini disampaikan langsung oleh Direktur RSUD dr. Mohamad Soewandhie, dr. Billy Daniel Messakh, Sp.B, dalam wawancara bersama media lensaparlemen.id, Selasa (7/10/2025).
“Untuk tahun 2026, kami akan fokus meningkatkan kualitas pelayanan, terutama pada bedah saraf. Target kami adalah dapat melakukan operasi tumor otak secara mandiri,” ungkap dr. Billy.
Guna mendukung hal tersebut, RSUD dr. Soewandhie tengah mempersiapkan pengadaan peralatan penunjang, terutama mikroskop bedah, yang sangat penting dalam membedakan jaringan tumor dan jaringan sehat saat operasi.
“Alat utama yang kami butuhkan adalah mikroskop bedah. Harganya relatif terjangkau, sekitar 400–500 juta rupiah. Selain itu, sebagian besar perangkat dan tenaga medis kami sudah siap,” jelasnya.
Selain fokus pada layanan bedah saraf, RSUD Soewandhie juga akan memperkuat sistem triase dan tata kelola IGD. Hal ini dilakukan sebagai respons terhadap sejumlah kejadian yang tidak diinginkan akibat lemahnya pengawasan akses masuk-keluar IGD.
“Selama ini IGD kami terlalu mudah diakses. Ini membuat alur layanan kurang terkendali dan menimbulkan risiko. Tahun depan kami akan menata ulang agar lebih aman dan nyaman, baik untuk tenaga medis maupun pasien,” tambah dr. Billy.
Salah satu pencapaian besar yang diraih RSUD dr. Soewandhie adalah penunjukan resmi sebagai rumah sakit pendidikan utama untuk program dokter spesialis oleh Kementerian Kesehatan RI. Rumah sakit ini menjadi institusi klinik pendidikan utama untuk Program Studi Spesialis Bedah serta Obstetri dan Ginekologi (Obgyn), bekerja sama dengan Universitas Ciputra.
“SK dari Kemenkes baru saja keluar. Tahun depan kami mulai menerima peserta didik program spesialis. Ini menjadikan RS Soewandhie sejajar dengan rumah sakit pendidikan besar lain seperti RSUD dr. Soetomo,” ujarnya.
Sebelumnya, RS Soewandhie dikenal sebagai salah satu satelit pendidikan dari Universitas Airlangga, khususnya untuk pendidikan kedokteran di bidang bedah, obgyn, urologi, dan mata. Namun dengan status baru ini, RS Soewandhie kini berperan sebagai institusi yang mendidik secara langsung, bukan sekadar lokasi rotasi.
Memasuki triwulan akhir 2025, dr. Billy menyampaikan bahwa target pendapatan rumah sakit hampir tercapai. RS Soewandhie juga tengah gencar mengembangkan layanan non-BPJS untuk mendukung kemandirian finansial sebagai Badan Layanan Umum Daerah (BLUD).
“Hingga saat ini kami sudah mencapai lebih dari 70 persen dari target pendapatan tahunan. Strategi kami adalah memperluas layanan seperti medical check-up bagi perusahaan, seperti BNI 46, Pertamina, KAI, hingga Berno yang memiliki ribuan karyawan,” jelas dr. Billy.
Strategi jemput bola pun diterapkan oleh manajemen rumah sakit dengan mengirim tim langsung ke lokasi perusahaan, guna memberikan pelayanan langsung dan memperluas jangkauan pasar layanan medis non-BPJS.
Dengan berbagai terobosan yang direncanakan dan sedang dijalankan, RSUD dr. Mohamad Soewandhie menunjukkan komitmennya untuk menjadi rumah sakit rujukan di Surabaya, tidak hanya dari sisi pelayanan, tetapi juga sebagai pusat pendidikan dokter spesialis di masa depan.
“Kami ingin menjadikan RSUD dr. Soewandhie sebagai rumah sakit modern yang unggul dalam pelayanan, pendidikan, dan inovasi. Tahun 2026 akan menjadi tonggak penting menuju ke arah itu,” tutup dr. Billy.
Perlu diketahui, RSUD dr. Mohamad Soewandhie merupakan rumah sakit milik Pemerintah Kota Surabaya yang melayani masyarakat dengan pendekatan humanis, profesional, dan berorientasi pada mutu. Sejak berdiri, RSUD ini terus berkembang menjadi salah satu rumah sakit rujukan di kawasan Jawa Timur.
B4M/Lensa Parlemen